Empati Srawung Dalu Terhadap Bencana Merapi
By Psikologi Universitas Muria Kudus - Rabu, 12 Januari 2011
Fakultas Psikologi UMK – Suasana hening, tak lama kemudian erupsi pun terjadi dari gunung yang memerah. Penduduk pun pecah berhamburan mengungsi ketempat yang aman, kini desa-desa itu pun menjadi sunyi tak berpenghuni.
Raungan tangis anak-anak menggelegar sekuat gemuruh letusan Merapi di pengungsian karena diantaranya ada yang kehilangan orang terdekatnya, tak bisa sekolah, dan bermain bersama teman sebayanya di kampung halaman. Sepenggal cerita satu pementasan mengawali pentas Serawung Ndalu (Sran Dal) yang diperankan Udin, Atik, Istihah, Riana, Sulis, dan Hasan dari Teater Aura dihadapan ratusan pasang mata penonton, seusai perform akustikan psikosound mahasiswa semester satu Fakultas Psikolologi, Sabtu (20/11).
Pelan namun pasti, langkah pengunjung mulai memadati ruangan Auditorium, Universitas Muria Kudus (UMK). Tak lama kemudian Arik dan Erik maju kepanggung utuk membuka Sran Dal, selang beberapa detik suara petikan guitar mengalun menghangatkan suasana, penonton semakin terlarut dalam keempatian saat Teater Aura hadirkan bencana Merapi yang mereka perankan.
Acara yang bertemakan “Seni dan Berbagi” itu pun tak hanya menampilkan pentas monolog saja. “Disini ada akustikan, perform drama dari berbagai teater baik dalam kampus maupun dari luar, ada pemutaran film dokumenter tentang kehidupan pengungsi Merapi, hingga puncaknya nanti ada pembacaan puisi karya anak-anak pengungsi Merapi,” kata Sulis, ketua panitia Sran Dal kepada portal UMK.
Sebagai wujud kepedulian terhadap korban Merapi, Sulis menjelaskan tentang tema Sran Dal yang diusungnya malam itu. “Di sini kita dapat berempati dengan apa yang tengah dirasakan saudara-saudara kita yang sedang mendapatkan musibah bencana,” tambah mahasiswa yang sempat menjabat sebagai presiden BEM Fakultas Psikologi UMK (2009/2010) itu.
Totalitas dalam pentas Atik, dan Riana saat memerankan anak-anak yang kehilangan orang tuanya akibat letusan Gunung Merapi mampu meneteskan air mata. “Benar-benar aku bisa merasakan betapa sedihnya mereka hingga air mata ini tak dapat terbendung,” ujar Atik Sulistiyani seusai pentas.
Acara yang berlangsung selama empat jam itu merupakan ajang silaturrahmi spontanitas seni antar teater, dan dihadiri Teater TigA koma FKIP UMK, Aura Fakultas Psikologi UMK, Teater Koin FE UMK, dan Teater Q MA Qudsiyyah Kudus, dan terbilang sukses, dihadiri oleh sekitar 100 pengunjung. “Sran Dal kali ini ada nuansa baru berupa akustikan, dan sesuai tema, serta pengunjungnya lebih banyak dari sebelumnya,” terang Imam, salah satu penonton yang sering mengikuti Sran Dal.
source: portal umk
Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS