Anak yang Sulit Dikendalikan
By Psikologi Universitas Muria Kudus - Kamis, 17 Februari 2011
Tanya:
Saya orang tua dari seorang anak perempuan usia 17 tahun, yang saat ini sudah kelas 2 SMA. Pada waktu kelas 1 SMA anak kami termasuk anak yang pendiam dan penurut, tidak suka membantah orang tua, tidak suka keluar rumah. Namun, belakangan ini seolah sikap anak kami berubah total, sekarang menjadi anak yang sulit untuk dikendalikan. Apabila pulang sekolah anak sering terlambat. Kalau ditanya jawabannya mengerjakan tugas tambahan sekolah, kepinginnya main di rumah teman. Apabila disuruh membantu pekerjaan rumah sering beralasan atau dilaksanakan dengan sikap yang kurang enak. Apa yang harus saya lakukan karena saya takut terjadi apa-apa atau berdampak negatifpada anak saya. Terima kasih.
Ibu Heni
Jawab:
Buat ibu Heni, kami merasa prihatin dengan keadaan atau sikap anak ibu yang sekarang ini seolah perilakunya berubah dari sebelumnya. Meskipun pertanyaan ibu masih melihat dari sisi anak saja, belum mengemukakan dari sisi orang tua namun akan coba kami berikan gambaran mengenai keadaan dan solusi yang dapat dilakukan.
Perlu diketahui oleh ibu bahwa putri ibu saat ini memasuki usia remaja, di mana pada usia ini akan terjadi banyak perubahan pada remaja. Pada masa ini anak dalam proses pencarian identitas diri, sehingga sangat dimungkinkan anak dalam kondisi yang tidak stabil, mudah berubah dan mudah dipengaruhi oleh lingkungan terutama teman-teman di sekolah. Melihat gambaran dari cerita ibu, bahwa putri ibu pada awalnya termasuk anak yang introvert, yaitu anak yang cenderung tertutup, tidak suka bergaul bahkan lebih banyak menjadi anak yang pendiam.
Anak yang cenderung introvert (tertutup) biasanya ada seperti keadaan yang terjadi pada anak ibu sebelum sekarang ini. Ada beberapa hal yang menyebabkan anak introvert, misalnya anak cenderung tidak percaya diri, atau dapat juga karena pola asuh orang tua yang cenderung ketat meskipun tidak dikatakan otoriter. Mungkin dari sisi pola asuh untuk saat ini dipandang oleh anak sudah kurang sesuai. Sebetulnya maksud ibu baik, namun karena kurangnya pengertian atau perhatian yang diberikan kepada anak akhirnya anak lebih suka menjadi anak yang pendiam, mungkin juga kedekatan keluarga terhadap anak dirasa kurang sehingga anak tidak dapat berbagi cerita mengenai keadaan dirinya kepada orang yang sebetulnya mempunyai kedekatan yang lebih.
Perlu diketahui bahwa saat ini putri ibu sedang mencari jati diri sebagai remaja, kemungkinan putri ibu sudah menemukan teman yang dapat diajak sekedar ngobrol dan merasa cocok, sehingga anak akan berubah dari sikap yang introvert menjadi sikap yang ekstrovert ( terbuka ), namun keterbukaan ini belum dapat dikemukakan oleh anak kepada keluarga karena melihat sikap orang tua yang mungkin justru berprasangka negatif kepada anak. Untuk itu cobalah dilakukan koreksi terhadap pola asuh yang selama ini diterapkan mana yang masih sesuai dan mana yang kurang sesuai bagi anak.
Pendekatan secara individual perlu dilakukan oleh keluarga kepada anak yang sedang mengalami masalah. Berikan pengertian secara baik bahwa sesungguhnya orang tua senang anaknya dapat bergaul dengan teman-temannya, namun juga perlu disampaikan bahwa dampak dari pergaualan yang terlalu dekat juga dapat berdampak negatif bagi anak karena anak cenderung akan terbawa oleh arus pergulan teman-temannya, mungkin juga anak ibu sedang jatuh cinta dengan lawan jenisnya sehingga seolah anak ibu menemukan orang yang dianggap dapat memperhatikan dirinya. Pendekatan yang dilakukan orang tua harus intens/sering dan tidak memandang anak sebagai anak kecil lagi, berikan status pada putri ibu sebagai anak remaja yang akan menginjak dewasa yang tentunya berbeda pola berpikir antara anggapan sebagai anak-anak maupun sebagai seorang remaja yang sedang tumbuh menjadi dewasa.
Pendekatan dan perhatian perlu dilakukan lebih banyak lagi dengan menganggap anak sebagai mitra dalam diskusi, beri penjelasan yang enak didengarkan oleh anak remaja mengenai pergaulan maupun dampak yang dapat terjadi. Berikan kesan kepada anak bahwa kita sebagai orang tua tidak hanya menggurui tetapi ajaklah anak untuk berdiskusi meskipun pada hal-hal yang sifatnya ringan, karena hal ini akan menumbuhkan pengertian yang positif pada diri anak bahwa sesungguhnya orang tuanya tetap memperhatikan dan sayang kepada anaknya. Dengan demikian maka perhatian dan kedekatan dari orang tua yang serius namun santai membuat anak tidak kehilangan arah dalam menemukan jati dirinya. Semoga hal ini dapat membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh putri ibu.
Trubus Raharjo
Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS