Kekerasan dalam Pacaran
By Psikologi Universitas Muria Kudus - Kamis, 17 Februari 2011
Tanya:
Saya masih lajang, berusia 22 tahun. Memiliki perkerjaan tetap yang bisa dibanggakan. Saat ini memiliki seorang pacar yang sering memukul atau memaki kalau lagi emosi atau memiliki persoalan. Saya sudah berusaha untuk memperingatkan tetapi masih saja terjadi lagi. Terakhir, saya dipukul karena dianggap tidak menuruti nasehatnya, bagaimana solusinya? Apakah pacar saya memiliki gangguan jiwa?
Nona T
Jawab:
Masa pacaran merupakan masa yang mengasyikkan bagi seseorang yang pernah atau sedang mengalami. Sampai-sampai pepatah bilang: "dunia seakan-akan milik berdua". Banyak sekali perbedaan yang terjadi bagi mereka yang berpacaran. Perbedaan yang ada di antara mereka yang berpacaran antara lain adalah tidak sependapat mengenai gagasan-gagasan yang muncul, misalnya: ada aturan tidak tertulis harus menurut dengan pasangannya, melarang pasangannya untuk berteman dengan yang lain atau tidak berminat untuk mengikuti keinginan pasangannya seperti mengajak makan bersama, berjalan-jalan, bahkan melakukan hubungan seksual.
Jika hal-hal tersebut tidak dapat di netralisir, memberikan jawaban yang "kompromis" yaitu membuat senang pasangannya, maka dapat mengakibatkan tumbuhnya "bisul-bisul" yang mengarah pada perlakuan buruk yang didapat dari pasangannya, yaitu timbulnya kekerasan dalam pacaran yang sering disebut dating violence seperti yang dialami Nona T.
Kekerasan dalam pacaran atau dating violence merupakan bagian dari bentuk kekerasan terhadap perempuan yang berbasis gender. Kekerasan yang terjadi selama pacaran ini bisa berbentuk penghinaan, pelecehan seksual, pemukulan, ingkar janji dan bahkan sampai pemerkosaan (Trianingsih, 1997).
Adanya "pembenaran" yang dialami oleh mereka yang berpacaran bahwa seseorang yang sedang berpacaran adalah urusan individu berdua menjadikan sulitnya pihak luar, diluar individu yang sedang pacaran untuk dapat melakukan antisipasi jika terdapat hal tidak mengenakkan yang dialami perempuan dalam berpacaran.
Pacaran sering memunculkan sikap-sikap yang tidak realistik dan bahkan dapat menjadikan posisi perempuan menjadi tidak berdaya dan dependen, masuk dalam kerangka psikologis yaitu merasa aman, susah untuk melepas diri jika bersama dengan pasangannya dan menimbulkan rasa bangga memiliki pasangan. Akan tetapi realitas yang ada, telah menjadikan perempuan merasa tersudut jika tidak dapat memberikan kontribusi yang memadai seperti tanggapan yang manis ketika pasangannya datang berkunjung. Konflik-koflik mengenai rasa hati, tidak enak dengan keluarga, tetangga dan masa depan, sering menjadikan perempuan tidak dapat bersikap asertif, bersikap tegas yaitu memiliki daya tawar memutuskan segera pasangannya atau tidak melanjutkan ke jenjang perkawinan jika mengalami kekerasan dalam berpacaran.
Adanya perilaku untuk “menguasai pasangan” dalam berpacaran merupakan salah satu penyebab tindak kekerasan dalam pacaran, dahulu laki-laki akan merasa bersalah dan dicemooh temannya jika melakukan kekerasan terhadap perempuan. Sekarang, laki-laki akan merasa abngga, tersanjung jika perempuannya selalu menuruti segala kemauannya. Frame ini memunculkan sesat piker bahwa perempuan harus menuruti pasangan dan inilah awal jadinya kekerasan dalam pacaran. Dimana, laki-laki menjebakkan dirinya dalam pikiran sempit, semu merasa dirinya paling berkuasa.
Pemikiran ini yang sebaliknya direkonstruksi pelaku kekerasan agar bisa memahami perbedaan, kekurangan, kelebihan dan saling menghormati antara laki-laki dan perempuan dengan tujuan tidak melakukan kekerasan dalam pacaran.
Untuk Nona T, sebaiknya bersikap asertif untuk selalu mengingatkan bahwa apa yang dilakukan oleh pacarnya adalah tindak kekerasan dan bisa jadi pacarnya mengalami apa yang disebut gangguan emosi, yakni bilamana seseorang dewasa tetapi tidak bisa berpikir jernih dan mengontrol dirinya dengan benar.
Semoga jawaban ini bisa memberikan jalan keluar untuk masalah Nona T agar tidak lagi mengalamin kekerasan dalam pacaran
M.Widjanarko
Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS