Latest News

Konsultasi Psikologi Perilaku Asertif

By Psikologi Universitas Muria Kudus - Selasa, 22 Februari 2011

Tanya:
Saya berusia 26 tahun, setiap berhadapan dengan sesuatu yang kurang cocok saya diam saja. Tidak menyukai debat kusir. Bagaimana agar terbentuk pribadi yang berani untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak cocok ?
RS

Jawab:
Adik RS, saya akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Sebagai individu yang hidup dalam lingkaran sosial, maka kita pasti terlibat komunikasi antara satu dengan yang lainnya. Ini disebut interaksi sosial.

Interaksi ini bisa secara langsung berkomunikasi dengan menyapa atau disapa, bertanya atau ditanya oleh diri kita atau orang lain. Interaksi bisa terjadi tidak langsung, seperti komunikasi melalui jaringan sosial di internet (Facebook), pesan pendek singkat (SMS), atau surat elektronik (email). Inilah bentuk komunikasi dalam berinteraksi yang terjadi dalam dunia modern sekarang ini.

Kita bisa jadi mengalami komunikasi bentuk tersebut. Baik secara langsung atau tidak langsung. Adanya kesulitan dalam berkomunikasi merupakan masalah yang dihadapi semua orang. Merasa sungkan atau malu untuk memulai percakapan atau mengungkapkan sesuatu merupakan hal yang wajar dialami semua orang.

Berkomunikasi perlu dilatih. Apalagi mengungkapkan pendapat yang kita yakini benar. Dalam psikologi ini yang disebut dengan perilaku asertif. Yakni kata yang berasal dari kata asing to assert yang berarti menyatakan dengan tegas. Menurut Lazarus (Fensterheim, 1980), pengertian perilaku asertif mengandung suatu tingkah laku yang. penuh ketegasan yang timbul karena adanya kebebasan emosi, dan keadaan efektif yang mendukung. Antara lain meliputi menyatakan hak-hak pribadi, berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak tersebut, melakukan hal tersebut sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi.

Alberti dan Emmons (Gunarsa, S.D. 1981) mengatakan orang yang memiliki tingkah laku asertif adalah mereka yang menilai bahwa orang boleh berpendapat dengan orientasi dari dalam. Dengan tetap memperhatikan sungguh-sungguh hak-hak orang lain. Mereka umumnya memiliki kepercayaan diri yang kuat. Menurut Rathus (1986) orang yang asertif adalah orang yang mengekspresikan perasaan dengan sungguh-sungguh dan menyatakan tentang kebenaran.

Mereka juga tidak menghina, mengancam, ataupun meremehkan orang lain. Orang asertif mampu menyatakan perasaan dan pikirannya dengan tepat dan jujur tanpa memaksakannya kepada orang lain.

Ciri perilaku asertif adalah pertama, mendiskripsikan fakta, bukan menilai. Contoh saya tidak suka makanan pedas. Kedua tidak menggeneralisir. Contoh, maaf saya terlambat 10 menit. Ketiga, menyatakan perasaan maupun opini dengan disertai alasan yang spesifik. Contoh saya marah karena ia tidak memegang janjinya. Sepertinya proses untuk berperilaku asertif perlu dipelajari dari sekarang dan untuk memulai belajar untuk mengungkapkan segala sesuatunya dengan asertif. Semoga jawaban ini bisa membantu adik RS dan pembaca. yang lain bisa mengambil manfaat dari jawaban ini. Terima kasih.

M.Widjanarko

Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS

counter free hit unique web