Bingung Dengan Orientasi Seksual
By Psikologi Universitas Muria Kudus - Selasa, 22 Februari 2011
Tanya:
Saya perempuan, umurku 25 tahun, masih gadis: Pekerjaanku sebagai kulipanggul di sebuah pasar. Aku dicintai banyak cewek. bahkan, cewek-cewek ingin saya nikahi tetapi aku tidak mau. Aku sudah berterus terang bahwa saya sebenarnya perempuan. Tetapi cewek-cewek tersebut tetap masih nggak percaya kalau saya perempuan. Sedangkan teman-temanku di pasar belum tahu semua kalau saya perempuan. Setahu temanku, saya adalah laki-laki tulen bagaimana untuk menyikapi cewek yang suka sama saya?
S
Jawab:
Sebelum membahas masalah S, sebaiknya kita mengenal apa yang disebut dengan orientasi seksual agar kita memiliki gambaran secara luas dan mendetail seperti apa kasus yang dialami S. Orientasi seksual adalah pilihan sosio-erotis seseorang untuk menentukan jenis kelamin partner seksualnya apakah dari jenis kelarnin yang berbeda atau jenis kelamin yang sama (Galliano, 2003; Lips, 2005).
Orientasi seksual secara garis besar dapat dibedakan menjadi: Heteroseksual (orang dengan pilihan partner seksual dari jenis kelamin yang berlawanan), Homoseksual (orang dengan pilihan partner seksual dari jenis kelaminnya sendiri (Masters, 1992)), Biseksual (orang yang tertarik secara seksual baik itu terhadap laki-laki maupun perempuan (Masters, 1992)). Secara garis besar, terdapat dua teori yang mencoba menjelas-kan,fenomena tersebut yaitu teori biologis dan teori psikologis.
a. Teori Biologis
Teori ini mempercayai bahwa orientasi seksual dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor hormonal. Penelitian terakhir mengenai faktor biologis dalam pembentukan orientasi seksual dilakukan oleh Simon LeVay (Rice, 2002) yang menemukan sekumpulan syaraf dalam hypothalamus laki-laki heteroseksual ukurannya tiga kali lebih besar dibandingkan dengan yang dimi-liki oleh laki-laki homoseksual dan perempuan heteroseksual. Namun, hasil penelitian ini menimbulkan pertanyaan: Apakah kumpulan syaraf yang lebih kecil itu yang menyebabkan seseorang menjadi homoseksual atau justru sebaliknya, kehomo-seksualan seseorang yang menyebabkan ukurannya mengecil? Penelitian yang lain menunjukkan bahwa syaraf-syaraf berubah dalam merespon suatu pengalaman. Hipotesis lain menyatakan mungkin ada faktor lain yang tidak diketahui yang menyebabkan baik itu homoseksualitas maupun perbedaan ukuran syaraf.
b. Teori Psikologis
Berbeda dengan teori biologis, teori psikologis mencoba menerangkan factor penyebab homoseksualitas bukan dari aspek fisiologis. McGuire, Gagnon dan Simon, Masters dan Johnson, berpegang pada teori psikososial yang mengungkapkan bahwa homoseksualitas adalah fenomena yang dipelajari (Masters, 1992). Pengkondisian psikologis diasosiasikan dengan reinforcement atau punishment pada awal perilaku seksual (dan juga pikiran dan perasaan yang menyangkut seksualitas) yang emngontrol proses terbentuknya orientasi seksual.
Untuk menyikapi perempuan yang menyukai S sebetulnya diperlukan ketegasan ayng sederhana saja, yaitu bersikaplah asertif dengan menjelaskan secara perlahan-lahan dan berkata terus terang bahwa diri S adalah perempuan dan memiliki orientasi heteroseksual, yang memiliki keinginan untuk menjalin hubungan secara emosi, fisik dengan lain jenis, laki-laki. Kecuali itu, juga perlu kiranya memberikan pengertian ini kepada perempuan yang suka dengan S dan tentunya S juga berperilaku yang menunjukkan diri bahwa S adalah perempuan, misalnya sesekali memakai pakaian wanita (rok), pemoles bibir, dan bedak. Hal ini mungkin saja sangatlah tidak mudah, tetapi hendaknya perlu dicoba agar bisa menyelesaikan masalah yang selama ini dialaminya.
M.Widjanarko
Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS