Anak dengan Gangguan Kesulitan Membaca
By Psikologi Universitas Muria Kudus - Kamis, 17 Februari 2011
Tanya:
Saya mempunyai 2 anak, anak pertama kelas 5 SD dan anak kedua kelas 2 SD. Permasalahan yang ada adalah pada anak saya yang ke-2, yaitu sampai sekarang belum dapat membaca secara lancar meskipun sudah saya usahakan dengan mendatangkan guru privat. Karena waktu kami berdua agak kurang disebabkan kami berdua bekerja. Anak kami yang pertama tidak mengalami gangguan seperti itu. Keluhan dari guru privat pun hampir sama bahwa anak kami mengalami kesulitan kalau membaca beberapa huruf tertentu bahkan merasa kesulitan membaca beberapa kata tertentu. Hal ini tentu mengkhawatirkan kami bagaimana kelanjutan anak kami dan apakah anak kami mengalami gangguan kejiwaan, dan bagaimana mengatasinya ?
Ibu Rani - Kudus
Jawab:
Ibu Rani di Kudus, kami dapat memahami kecemasan yang dialami anak ibu, bahwa sampai saat ini meskipun sudah kelas 2 SD masih belum dapat membaca seperti kakaknya atau teman-teman lainnya di kelas. Perlu diketahui bahwa apa yang dialami oleh anak ibu termasuk dalam salah satu bentuk perbedaan kematangan kognitf pada anak serta bentuk gangguan belajar yang dialami oleh anak.
Gangguan belajar merupakan gangguan kemampuan untuk memperoleh, menyimpan, atau menggunakan keahlian khusus atau informasi secara luas, dihasilkan dari kekurangan perhatian, ingatan, atau pertimbangan dan mempengaruhi performa akademi. Gangguan belajar sangat berbeda dari keterlambatan mental dan terjadi dengan normal atau bahkan fungsi intelektual tinggi. Gangguan belajar hanya mempengaruhi fungsi tertentu, sedangkan pada anak dengan keterlambatan mental, kesulitan mempengaruhi fungsi kognitif secara luas. Dengan demikian, seorang anak dengan gangguan belajar, misalnya mengalami kesulitan memahami huruf dan belajar membaca, tetapi tidak memiliki kesulitan untuk berhitung atau menulis.
Meskipun gangguan tersebut tidak sepenuhnya diketahui penyebabnya. Gejalanya dapat dilihat seperti anak kemungkinan lambat untuk mempelajari nama-nama warna atau huruf, untuk menyebutkan kata-kata untuk objek yang dikenal, untuk menghitung, dan untuk kemajuan pada awal keahlian belajar lain. Belajar untuk membaca dan menulis kemungkinan tertunda. Gejala-gejala lain dapat berupa perhatian dengan jangka waktu yang pendek dan kemampuan yang kacau, berhenti bicara, dan ingatan dengan jangka waktu yang pendek.
Gangguan seperti yang terjadi pada anak ibu tersebut dikenal dengan istilah Disleksia yaitu gangguan belajar yang dialami anak dalam hal membaca. Anak dengan disleksia melihat tulisan seolah campur aduk, sehingga sulit dibaca dan sulit diingat. Kemampuan membaca anak berada di bawah kemampuan yang seharusnya dengan mempertimbangkan tingkat inteligensi, usia dan pendidikan. Ciri-ciri DISLEKSIA antara lain sulit mengeja secara benar (anak bingung menghadapi huruf yang mirip seperti: b-d. u-n, m-w, p – q, sulit mengurutkan huruf dalam kata). Membaca kata kadang benar kadang tidak, sering terbalik mengucapkan kata, misal: hal menjadi lah.
Jadi anak ibu secara psikologis tidak mengalami gangguan kejiwaan tetapi mengalami gangguan kematangan kognitif dari kemampuan untuk membaca. Kami sarankan untuk berikan dukungan yang positif pada anak dalam mengembangkan kemampuan lain tidak hanya kemampuan membacanya saja sehingga anak akan mengalami kematangan psikis kognitif yang baik. Dukungan yang positif dari orang tua (bukan tuntutan) akan memberikan kepercayaan pada anak sehingga secara psikologis kematangan kognitif juga akan terbentuk dan gangguan belajar (membaca) dapat hilang seiring dengan kematangan kognitif anak. Semoga anak ibu dapat segera membaca dengan normal.
Trubus Raharjo
Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS