Hipnosis Untuk Penyembuhan
By Psikologi Universitas Muria Kudus - Senin, 02 Mei 2011
Akhir-akhir ini kita sering mendengar istilah hipnosis dan melihat pertunjukan hipnosis di televisi. Berdasarkan informasi yang kita dapatkan, kita menyimpulkan bahwa hipnosis identik dengan penguasaan pikiran. Biasanya orang yang melakukan hipnosis dipandang senang menipu atau suka ‘ngerjain’ orang lain. Ada lagi yang mengatakan bahwa hipnosis melibatkan kuasa kegelapan atau roh jahat.
Tentu saja, kita tidak bisa begitu saja menyalahkan kesimpulan-kesimpulan di atas. Kesimpulan di atas dilandasi oleh informasi yang terbatas, penggunaan istilah yang tumpang tindih, dan pembentukan citra misterius tentang hipnosis yang disengaja. Kebetulan sekali, hipnosis yang muncul di televisi adalah jenis hipnosis untuk pertunjukan. Hipnotis (baca: orang yang melakukan hipnosis) juga biasanya menggunakan berbagai atribut berwarna hitam. Kebetulan juga, saat seseorang ditipu dan menyerahkan barang-barang berharganya, ia menyebut dirinya terkena hipnosis. Ditambah lagi, banyak pembahasan tentang hipnosis berdasarkan pandangan yang kurang lengkap tentang hipnosis.
Untuk bisa mengenali dan memahami pengertian hipnosis serta memiliki ketrampilan dasar hipnosis maka Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus menyelenggarakan Kuliah Umum berupa Workshop: Hipnosis untuk Pemula yang berlangsung di Ruang Seminar Gedung Rektorat lantai 4 UMK, Sabtu (9/4-2011).
“Dalam keadaan terhipnosis orang bisa menyerahkan barang berharganya dan memberitahukan segala rahasia dirinya,” tutur Endro Kristanto, Master Degree, University for Peace Costa Rica - Phillppines, pembicara acara tersebut. Lanjutnya, hipnosis adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk terapi psikologis yang dapat meningkatkan motivasi seseorang dan mendorong seseorang untuk fokus pada tujuan yang ingin dicapai.
Dalam acara tersebut mahasiswa diminta mepraktekkan bagaimana cara menghipnosis yang benar dan tidak merugikan salah satu pihak. Sebagai pendahuluan, mahasiswa diberi pengertian mitos dan demitosasi, usaha untuk mengubah mitos tentang hipnosis.
“Untuk melakukan hipnosis diperlukan beberapa tahapan, diantaranya adalah melakukan pendekatan, membangun kepercayaan, intruksi, tes sugestibilitas, menonaktifkan pikiran alam bawah sadar dengan induksi, memberi sugesti, dan yang terakhir adalah membangunkan subyek,” tandasnya. “Mahasiswa sangat antusias dalam mengikuti workshop, hal ini dibuktikan banyaknya mahasiswa yang memenuhi batas kuota yang ditetapkan oleh pihak Fakultas,” ungkap M. Widjanarko, S.Psi., M.Si, Ketua Panitia. “Kegiatan yang sangat menyenangkan, bermanfaat dan mengubah pemikiran yang dulunya negatif tentang hipnotis, sekarang tidak lagi serta dapat menambah materi kajian psikologi terapan (KPT)” ujar peserta workshop, Panji Mulyanti mahasiswa Psikologi semester empat yang menjadi koordinator untuk mahasiswa di Kajian Psikologi terapan (KPT) Insigt UMK
Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS