Bersikap Adil pada Anak
By Psikologi Universitas Muria Kudus - Selasa, 22 Februari 2011
Tanya:
Soya seorang ibu rumah tangga dengan dua orang anak. Anak saya yang pertama berusia 8 tahun dan adiknya berusia 4 tahun. Anak saya yang pertama cukup cerdas di bidang akademik selalu masuk peringkat lima besar di kelasnya. Saya ingin selain di bidang akademik anak saya juga maju di bidang seni jadi saya memasukkannya di les melukis dan gitar. Tapi setelah beberapa waktu,saya lihat kok tidak ada kemajuanya dibidang lukis atau musiknya, Apakah ini yang dimaksud tidak berbakat? Anak saya yang kedua tidak sama dengan kakaknya, ketika bayi sering sakit dan sekarang saya lihat tidak secerdas kakaknya, bagaimana ya memperlakukannya dan bagaimana bersikap adil? .
Ibu Dewi
lawab:
Ibu Dewi yang baik, ketika seorang anak kecil meminta uang saku sama dengan kakaknya yang duduk di bangku SMU dan orang tua mengabulkannya, apakah itu sikap yang adil dan bijak? Jawabannya adalah tidak. Bagaimana orang tua bersikap adil? Ketika orang tua memberikan uang saku yang berbeda antara anaknya yang kelas II SD dengan anaknya yang kelas III SMU, maka orang tua tersebut bersikap adil karena melihat kebutuhan yang berbeda antara kedua anak tersebut dan memberikan sesuai dengan yang dibutuhkan.
Tuhan itu Maha Adil, maka tidak ada keseragaman dalam keadilannya. Tidak ada manusia yang dilahirkan sama meskipun dia kembar identik. Mulai dari masa kehamilan, masa anak, remaja, dewasa hingga lansia semuanya berbeda. Perbedaan tersebut memunculkan keunikan. Keunikan dalam kelebihan dan kekurangan. Namun seringkali kita tidak menghargai perbedaan tersebut, kita menginginkan keseragaman dan menyamaratakan.
Begitupula dalam melihat dan menilai tumbuh kembang putra putrinya. Setiap orang tua menginginkan bahkan menuntut anaknya tumbuh sempurna, cerdas, dan penuh kelebihan. Saat diketahui anaknya memiliki kekurangan baik fisik maupun kemampuan akan sangat sulit untuk menerimanya dan cen-derung menyalahkan. Kekurangan seharusnya tidak ditutupi atau dihilangkan, tetapi dikenali untuk dikelola. Tugas orang tua adalah memberikan kasih sayang, mendorong dan membantu anaknya untuk dapat mandiri menghadapi dan mengatasi semua permasalahan hidup.
Selain kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, setiap anak juga dianugerahi bakat dan minat. Tidak ada anak yang memiliki bakat yang identik sama. Sepertihalnyasidikjari, setiap anak memiliki bakat dan minat yang berbeda. Sayangnya, orang tua kerap berperilaku membanding-bandingkan. Anak dibandingkan dengan kakaknya atau adiknya, anak tetangga atau teman sekolah. Ungkapan seperti "Ya, masa kalah sama adik...." "Tuh, contoh kakakmu selalu juara kelas...." Dan ungkapan lain yang seringkali menyakitkan bagi anak.
Menghadapi perkembangan anak, terkadang orang tua lebih mementingkan hasil dari pada proses. Padahal kita tahu kupu-kupu yang indah merupakan hasil dari sebuah proses metamorfosis. Proses dibutuhkan untuk menghasilkan sesuatu yang indah. Bakat sendiri merupakan kemampuan bawaan berupa potensi yang masih perlu diasah dan ditempa agar menjadi suatu pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan. Bakat tidak dapat ditemukan secara tiba-tiba tanpa sebuah usaha. Bakat merupakan potensi yang terpendam dalam diri manusia. Itulah sebabnya, agar bakat itu muncul maka manusia harus menggalinya.
Orang tua diharapkan dapat mengetahui kekurangan, kelebihan, bakat dan minat anaknya, mengetahui bagaimana mengelola dan mengoptimalkannya sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi dirinya sendiri yang mengagumkan dan berperan dalam kehidupan.
Latifah Nur Ahyani, S.Psi, MA
Follow our blog on Twitter, become a fan on Facebook. Stay updated via RSS